Dunia Pendidikan tentu tidak asing dengan MBKM ini. Merdeka belajar bergaung sampai ke negara-negara tetangga dan juga dilirik penuh minat oleh para tokoh pendidikan di negara maju, walaupun mereka telah mempraktekkannya sejak lama. Namun yang berbeda adalah moda belajar dan sumber-sumber belajar di jaman ini sangat bervariasi, dan membuat kemerdekaan benar-benar disesuaikan dengan masing-masing pribadi guru maupun siswa secara individual. Istilah kerennya: personalized learning. Sangat tergantung dari pilihan pribadi. Berbagai aplikasi digital sudah laris manis dan populer karena itu. Kita memesan secangkir kopi dengan permintaan gula, susu dan topping sesuai selera. Tentu derajat kemerdekaan masih terbatas ini itu, dan hal itu harus diterima. Karena kita bekerja dengan aplikasi khusus penjual kopi, dan tidak tersedia nasi goreng di sana. Ibaratnya seperti itu gambarannya.
Merdeka belajar sering menjadi pembicaraan karena sebagian memaknai sebagai kebebasan yang diinginkan beberapa pribadi, bebas melakukan apapun yang diinginkan. Bukankah keinginan juga tidak pernah pasti? Dengan demikian jika hal ini dituruti tanpa memikirkan „yang lain“ yang di luar diri pribadi tersebut, maka sistem pendidikan rusak. Membangun sistem pendidikan adalah pekerjaan jaman, dan naik turun karena kebutuh manusianya. Manusia „harus“ belajar menerima yang lain sampai akhirnya dapat menerima diri sendiri. Kemerdekaan adalah makna kunci setiap jaman, dan manusia di setiap jaman berusaha menghayatinya. Bersama alam, bersama pengetahuan, kunci-kunci kehidupan diberikan oleh pendidikan.
Alangkah indahnya jika sistem tetap ada dan kokoh karena manusia pada dasarnya membutuhkan pendidikan untuk memperbaiki kualitas hidupnya dengan pemahaman-pemahaman yang perlu. Namun sistem ini hendaknya memang tidak membelenggu yang memang beragam, untuk berkembang sesuai dengan harkatnya. Merdeka belajar membuat semua belajar ini sangat penting. Untuk hidup itu sendiri.
Salam hangat,
SW