Di jaman digital semacam ini, data memang perlu disimpan dalam bentuk digital. Betapa sedihnya jika data kita hilang karena hard disk yang rusak. Seperti kualami siang ini. Data kasar dan perhitungan konsentrasi logam berat dari penelitian salah satu mahasiswa magister bimbinganku yang sangat bersemangat dan rajin, Bpk Royanudin, berada di hard-disk computer yang menjalankan instrument spektroskopi atom. Harddisknya rusak dan data di sana tidak selamat. Beruntung Pak Royan menyimpannya dalam bentuk printout lengkap di kertas. Segera kami scan dan didigitalkan untuk dapat disimpan dengan rapi sekaligus bahan analisis setiap kali kita membutuhkannya. Sempat kacau karena mengira hasil kerja berbulan-bulan dan dipikirkan bertahun-tahun ini bisa lenyap begitu saja. Seperti thesis atau disertasi yang disimpan di computer tanpa backup, lalu komputernya rusak atau hilang, padahal kita segera harus ujian, nah, bagaimana kira-kira rasanya. Apa yang telah selesai, penelitian yang benar-benar dilakukan, dapat hilang terkubur dalam waktu yang berlalu cepat. Sia-sialah perjuangan selama ini.
Di jaman ini tempat penyimpanan di “cloud” selalu diperlukan. Jika di hard disk mengalami kerusakan, masih ada cadangan data tersebut yang bisa diunduh. Hanya saja penyimpanan di cloud ada yang bisa mengaksesnya. Bagiku mungkin tidak apa-apa, karena aku juga bukan siapa-siapa. Bukan orang yang dicari karena punya rahasia penting. Sepanjang kita orang biasa-biasa, maka lebih baik melindungi kepentingan sendiri di cloud.
Data-data dari sains sangat besar volumenya. Big data spektroskopi molekul misalnya, luar biasa dalam jika ingin menggali, luar biasa tinggi jika ingin mendaki. Data fisika untuk getaran antar atom bisa mempunyai banyak makna, dan saling kait mengait, dan manusia mengetahui rahasia alam sedikit demi sedikit. Betapa pentingnya menyimpan data dengan baik, karena akan memberikan pengetahuan yang objektif pula, bahkan berguna untuk semua yang membutuhkannya. Data mengenai informasi genetic dan sequence DNA disimpan di Gen-Bank NCBI. Bahkan penelitian multination memetakan genom DNA populasi manusia Asia juga telah berhasil dipetakan. Manusia sekarang lebih tahu mengenai dirinya sendiri, dan bisa mulai memikirkan untuk membuat sejarah baru, merancang-rancang manusia baru (Kompas, Rabu 20 April 2022).
Sejarah juga berupa kumpulan data. Betapa banyak sejarah tidak diketahui, karena tidak ada data. Bahkan sesuatu yang nyata ditemukan, kita sulit menjelaskan peninggalan siapa dan dalam konteks apa. Jurusan sejarah selalu menyediakan cerita-cerita menarik, karena yang dipelajari adalah data-data. Dari tulisan-tulisan dan benda-benda peninggalan, kadang-kadang sejarah dirangkai kembali. Menyimpan data dalam bentuk digital juga penting, karena itu semua naskah-naskah penting dimanapun biasanya mempunyai kopi digitalnya karena sudah dipindai dengan seksama. Bisa jadi sejarah yang kita pelajari sebenarnya adalah buatan semata, seperti cerita fiksi tanpa akurasi. Data masih berupa catatan-catatan lepas.
Ada yang mengesankan, misalnya pada sekitar tahun 1997, aku berkesempatan pergi ke kota Roma. Waktu itu baru ditemukan situs purbakala yang sedang digali perlahan-lahan oleh para arkeolog. Tiga tahun kemudian aku berkesempatan kembali lagi ke kota Roma, apa yang terjadi, wilayah itu sudah dipagari dan kita dapat memasuki sebuah Kawasan kuno, yang dinamai Foro Romano. Ternyata ini adalah kawasan bergengsi di kala itu, tempat bicara para ahli dan didengar publik. Forum Romano, menjadi pusat kebijaksanaan dan awal keputusan-keputusan yang merubah masa depan. Berupa batu-batu berserakan yang ditata kembali dan kita merasa kembali berada di tahun awal abad ini, dengan suasana yang sangat berbeda. Betapa cepatnya waktu berlalu. Foro Romano dibangun kembali pasti dengan melibatkan banyak sekali data, terutama data digital. Demikian juga dengan kota Pompeii, yang terkubur utuh di bawah abu letusan gunung Vesuvius ditahun 76 M, tiba-tiba hadir kembali setelah ditemukan, dan kita dapat berjalan-jalan di dalam kota ini, merasakan suasana saat itu. Luar biasa karena sejarah dapat dihadirkan kembali. Bayangkan, suatu hari, sejarah kota ini terhenti, dan dapat dibaca kembali hampir 2000 tahun setelah itu. Semua orang dapat mengalami hal ini, di tangan alam. Di kota Malang, tempat tinggalku saat ini, ada banyak situs yang dapat bercerita mengenai kehidupan di jaman sebelum ini. Tentu perlu dukungan banyak data lain, agar gambaran hidup itu cukup jelas. Kajian hidup yang luar biasa menarik.
Sejarah penuh data, dalam bentuk apa saja. Sejarah yang belum lama bisa dilacak dari tutur para tetua. Saat ini seringkali kita dengan sengaja merekam pembicaraan dari orang tua, cerita-cerita dari orang tua yang masih ada, sekedar menyimpan data untuk merangkai masa depan, mengenalkan pribadi-pribadi yang menjadi pendahulu kita. Sangat penting menyelidiki pohon keturunan, dan mempelajari semua kebijaksanaan dari setiap jaman. Sainspun mempunyai sejarah yang membuat sains seperti saat ini. Kerja keras para ilmuwan dan dilanjutkan oleh generasi berikutnya, menjadikan kita seperti saat ini. Betapa tidak sia-sianya jerih payah dan keringat para pendahulu kita, kita sangat berterimakasih kepada mereka atas hari ini.
Maka data menjadi sangat penting. Kita punya big data, dan kita dapat melakukan apa saja. Ada frasa yang mulai dikenal, berdata maka berdaya. Dan itu benar adanya. Selamatkan data-data kita, untuk masa depan. Termasuk catatan-catatan kecil semacam ini.
Salam hangat selalu,
SW